Tidak Ada Judul

3 Jun 2017

Jadi ingat, Pak Suami pernah bercerita tentang pengalamannya mengantar beberapa emak-emak yang bertugas untuk mengurusi keperluan gereja.  Seperti biasa, yang namanya emak-emak itu kalau sudah terdiri lebih dari satu orang, pasti "bising" dan isinya cenderung ngomongin orang lain.  Dan memang demikianlah adanya.  Dari acara ngomong ringan tentang urusan pelayanan, makin lama makin melebar ngomongin hal-hal yang nggak penting.  Pada dasarnya tentu saja, membandingkan situasi paroki yang lama dan yang baru.

"Jadi poinnya apa?" saya bertanya.

"Poinnya adalah, orang-orang ini tidak pantas menjadi orang yang mengaku-aku menjadi pelayan gereja.  Mereka membicarakn kepengurusan yang dulu begini dan begitu, tapi dari omongannya mereka juga tidak lebih baik dari yang mereka omongkan!  Nyinyir full kesimpulannya!"

Refleks saya terkekeh. Pak Suami ikut terkekeh.  Lucu saja membayangkan lagak dan laku orang-orang yang disebutkannya tadi.  Orang-orang yang merasa selalu lebih hebat dan lebih baik dari yang lain.  Ujung-ujungnya terus memberikan penghakiman.  Memberikan penilaian sepihak.  Selalu berprasangka buruk terhadap orang lain.  Merasa di pihak yang benar dan yang lain berada di pihak yang salah.

"Coba bayangkan, masa suster pun ikut-ikutan ngomongin orang?!  Ikut-ikutan nyinyir.  Aduh, heran deh!  Ada saja yang jadi bahan omongan!  Kesannya itu mereka tidak siap jadi orang 'penting' di gereja.  Semua yang nggak seide digunjingin"

Saya tambah ngakak.  Menurut saya yang umat biasa-biasa saja ini, terlepas dari anggapan bahwa kepengurusan yang lama begini atau begitu, kalau kepengurusan yang sekarang memposisikan diri sebagai orang yang lebih baik atau hebat dari sebelumnya itu artinya beda-beda tipis saja.  Bagaimanapun, bekerja untuk gereja itu haruslah karena cinta. Cinta kepada Tuhan, bukan cinta kepada romo paroki.  Jika  pelayanan didasarkan karena cinta kepada Tuhan, maka siapa pun yang menjadi romo parokinya tidak akan ada yang namanya 'nggunjingin' satu sama lain.  Tidak akan ada yang galau -menggalau jika sang romo dipindahtugaskan.

Dari dulu, saya adalah orang yang netral.  Saya tidak berusaha memihak sana atau sini.  Lha ini gereja loh. Masak harus ada 'geng-gengan' sana atau sini.  Melayani, menjadi pelayan, itu harusnya ya memang dari hati.  Kalau mau ya ayok....kalau nggak mau ya jangan dipaksa.  Biarkan rasa cinta kepada Tuhan itulah yang menumbuhkembangkan iman.  Jika karena cinta, maka diminta'in' tolong apa saja pasti OK saja. Gitu saja kok repot.  Jadi nggak perlu repot-repot juga membanding-bandingkan yang dulu dan sekarang.

Ayolah....bangun dong......nggak perlu saling menjelek-jelekkan lagi.  Ntar yang jelek jadi tambah jelek loh.  Harusnya semua saling bekerjasama, bahu membahu untuk kepentingan gereja, bukan untuk kepentingan kelompok atau orang per orang.  Semua kita adalah anggota keluarga! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS