Lho, kok gitu sih?

31 Jan 2024

Foto hanya pemanis
Seorang pemuka agama Katolik yang kukenal terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon tertentu pada pemilihan presiden kali ini.  Ia menayangkan dukungannya di beranda media sosial miliknya.   Dengan membawa-bawa nama Roh Kudus, dan menyatut nama KWI untuk mempengaruhi pengikutnya.

Ya nggak papa sih.  Itu hak dia dan sah-sah saja.  Wong dia menayangkan di berandanya sendiri.  Tapi menurutku sungguh tidak etis ketika ia mulai bermain body shaming kepada salah satu pasangan tertentu.  Semacam menghina dengan kata-kata.  Seolah ingin menyatakan bahwa orang yang badannya 'gemoy' itu nggak bagus.  Nggak baik.  Belum lagi pakai nyatut nama Roh Kudus dan KWI hanya demi memuaskan pandangan politiknya. Suatu hal yang menurutku tidak bisa ditiru.  Tidak mendidik sama sekali dan justru bisa membawa perpecahan di antara umat.

Menurutku sih terlalu picik ya kalau harus bawa-bawa nama Roh Kudus dan KWI untuk berkampanye.  Romo kok kampanye??  Gereja kok kampanye??  Apalagi diupload di media sosial yang semua orang bisa melihat. Kita akan memilih seorang presiden loh.  Bukan memilih uskup, apalagi kardinal.  Pemilu itu berkaitan dengan mati hidupnya negara ini.  Demi kemajuan negara ini ke depannya mau jadi apa.  Bukan mati hidupnya Gereja Katolik.  Bukan mati hidupnya paroki.  Kok kegangguren kali Roh Kudus dan KWI mengurusi hal-hal seperti ini.  Kalau Roh Kudus itu Maha Cinta ya seharusnya tidak memihak dong.  Kalau KWI itu mengayomi seluruh umat ya tidak bakalan menginstruksikan apa-apa dong.  Biarkan sajalah umat memilih sesuai kata hatinya.  Sak karepe!

Lagipula umat kan bagian dari masyarakat juga.  Mereka adalah manusia yang sudah dianggap dewasa dan bisa menentukan pilihannya.  Sudah punya KTP.  Punya otak dan akal budi masing-masing.  Punya pendapat sendiri-sendiri.  Ngapain pula harus diopyak-opyak untuk memilih calon pasangan tertentu yang 'katanya' disukai oleh gereja.  Kok tiba-tiba saja aku teringat dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta beberapa tahun yang lalu.  Apakah Gereja sekarang ini juga sedang memainkan politik identitas seperti waktu itu? Hadeuh, kok jadi nggak habis pikir ya.  Puyeng pala awak!

Kemarin di WA grup lingkungan tempat saya tinggal selama di Jogja juga sudah ada yang mulai kampanye.  Dengan mengirim video tiktok yang menunjukkan Paus Fransiskus menunjukkan jari lambang metal.  Narasinya menjelaskan bahwa Paus Fransiskus juga menunjukkan dukungannya kepada calon pasangan tertentu.  Kalau saya malah ketawa ngakak.  Lha ngapain pula Paus Fransiskus menunjukkan keberpihakannya kepada calon pasangan presiden tertentu?  Kurang kerjaan?  Mbok positif thinking saja.  Siapa tahu beliau penggemar band metalica.  Gay dan lesbian saja dibelanya kok.  Masak hanya urusan milih presiden yang notabene bukan presiden di negaranya terus jadi mencla mencle dan terang-terangan menunjukkan keberpihakan yang berpotensi memecah belah umat.  Lagipula yang namanya konten bisa dibuat kok.  Konten-konten kampanye di media sosial itu memang dibuat untuk kepentingan pemilu.  Yang membuat siapa?  Ya tim suksesnya dong.  Jadi tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

Kok aku jadi esmosi ya? ๐Ÿ˜‚  Kalau ada yang tanya aku milih siapa jawabanku adalah mbuh!  Belum kupikirkan.  Ketiganya nggak ada yang cocok.  Bukan tipe yang ingin kupilih.  Tapi kalau harus memilih aku akan memilih di mana ada kelanjutan program presiden Jokowi di dalamnya.  Nggak peduli gereja mau bilang apa.  Lha wong pilihan-pilihanku sendiri kok.  Yo sak karepkulah!  Intinya itu nggak usah bawa-bawa nama Roh Kudus atau KWI lah.  Nggak ada ceritanya Roh Kudus atau Gereja itu ikut kampanye, atau bahkan mengkampanyekan untuk memilih calon tertentu. Nggak perlu membawa-bawa agama demi ambisi tertentu.  Bagiku, di manapun, kapanpun dan apapun alasannya, yang namanya politik identitas itu sungguh sangat memuakkan.

NB: Sekarang ini aku lagi 'bermeditasi' di Jogja.  Males bergerak untuk mengurus pindah tempat di mana nanti supaya bisa nyoblos.  Bisa jadi aku milih, bisa jadi juga nggak milih.  Pengin santai saja menjalani hidup. Nggak perlu diopyak-opyak harus begini begitu oleh orang lain.  Yang penting hepi, bisa makan kenyang, tidur nyenyak dan banyak jalan-jalan๐Ÿ˜˜

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS