Prapaska 1 - Rabu Abu

14 Feb 2024

 _____________________________________________________________________________________

Mat 6:16"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Mat 6:17Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,

Mat 6:18supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

______________________________________________________________________________________

Hari ini terasa spesial bagi sebagian orang.  Tiga peristiwa besar diperingati secara bersamaan:  Valentine, Pemilu, dan Rabu Abu.  Masing-masing orang sedang melaksanakan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.  Dan masing-masing orang sibuk dengan urusannya masing-masing.  Berkatnya adalah hari ini itu dihitung sebagai hari libur nasional.  Yang pekerja tentu senang hati karena bisa lanjut leyeh-leyeh sepanjang hari.  Yang bukan pekerja tentu lebih senang karena bakalan lebih leyeh-leyeh lagi.  Yang jelas semua hepi dan senang hati.

Rabu Abu kali ini terasa lebih spesial lagi bagi diriku.  Baru kali ini merayakan Rabu Abu jauh dari rumah, hanya bersama dua anak.  Padahal biasanya selalu bersama-sama.  Hanya saja karena situasi dan kondisi, kali ini memang harus terpisah-pisah.  Satu di Batam, satu di KL, dan tiga sisanya di Jogja.  Tidak apa-apa sih.  Anggap saja lagi pelesiran.  Toh mau misa di manapun sama saja. Kemarin anak-anak misa di sekolahnya.  Pagi ini aku sudah mruput ikutan misa jam lima tiga puluh pagi, ketika jalanan di Jogya masih remang-remang dan sepi.

Kotbah Romo hari ini lebih menekankan kepada pertobatan.  Bertobat itu artinya mau melakukan perbaikan meskipun sudah melakukan kesalahan.  Pertobatan yang tidak diikuti dengan perubahan, tidak akan ada artinya.  Meskipun perubahan terkadang butuh energi ekstra, minimal harus ada usaha untuk mencapainya.  Pertobatan yang hanya berupa kata-kata, akan menguap begitu saja ketika godaan datang mendera. 
 
Selesai misa aku memutuskan pulang dengan jalan kaki.  Berjalan sendiri menyusuri trotoar seraya merenungkan banyak hal.  Berangan-angan  untuk bisa duduk diam di suatu tempat yang hening dan sunyi.  Suatu tempat di mana aku bisa sejenak berbincang dengan diri sendiri. Hanya duduk diam.  Mencoba berdamai dengan hati.  Merasakan bahwa apapun adanya diriku, aku akan selalu dicintai.  Percaya bahwa dengan dicintai, pada akhirnya aku juga akan mampu untuk membagikan Cinta itu sendiri.

Berbuat baiklah dalam senyap.  Tidak perlu orang lain tahu kebaikan apa yang sudah kamu lakukan.  Tidak apa-apa jika tidak ada foto selfie di gereja untuk dipamerkan di media sosial.  Tak masalah jika tidak punya foto bersama romo ini atau itu, pemuka agama ini atau itu.  Tidak perlu ragu jika orang lain tidak melihatmu, atau bahkan berpura-pura tidak mengenalmu.  Bukan suatu keharusan untuk berkoar-koar tentang hal baik yang sudah kamu lakukan.
 
Bagiku, pertobatan hanya bisa dilakukan ketika mampu menutup mata dan telinga atas banyaknya penilaian orang lain yang seringkali salah.  Pertobatan adalah cara Tuhan menjamah hati dan budi, supaya selalu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.  Adalah cara Tuhan untuk menunjukkan kasihNya, seberdosa apapun diriku.  Jadi, tetaplah tersenyum.  Tetap menaburkan benih kebaikan, dan tetap menaruh iman dan harapan, dalam setiap kemungkinan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS