Prapaska (Hari ke-10)

23 Feb 2024

 ______________________________________________________________________________________

Mat 5:20Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Mat 5:21Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

Mat 5:22Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Mat 5:23Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,

Mat 5:24tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Mat 5:25Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

Mat 5:26Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

 ______________________________________________________________________________________

Apakah ada yang merasakan hal yang sama denganku ketika membaca Injil di atas?  Perasaan galau menggalau karena perintah Yesus itu terasa seperti mengada-ada dan sulit dicerna begitu saja.  Bagaimana mungkin melakukan hal yang terasa sangat sulit untuk dilakukan ketika hati dipenuhi oleh rasa benci dan amarah?  Mengampuni?  Memaafkan?  Berdamai?  Mungkin bisa.  Tapi apakah bisa sebegitu mudahnya?  Jangankan meminta maaf dan mengajak berdamai, seringkali kita malah tambah panas hati saat berdekatan dengan orang yang sedang membenci atau kita benci.
 
Meskipun terasa mustahil, lantas apakah tidak mungkin untuk dilakukan?  Apakah ada orang yang bisa melakukan seperti perintah Yesus di atas?  Ada. Banyak malah.  Orang-orang yang percaya bahwa percuma saja bersusah payah hidup baik di hadapan Allah jika buruk berelasi dengan sesama manusia.  Ada banyak orang yang percaya dan meyakini bahwa pengampunan itu bisa menyembuhkan.  Memaafkan kesalahan orang lain dan berani meminta maaf atas kesalahan diri sendiri itu mampu menenangkan.  

Ada satu peristiwa dalam hidup, yang membuatku pernah membenci seseorang sedemikian dalam.  Luka batin masa kecil, perlakuan tidak adil yang sering kualami, membuat perasaan benci itu begitu meluap-luap dan seperti sulit untuk disembuhkan.  Bahkan ketika memutuskan untuk pergi menjauh, perasaan itu tidak pernah hilang.  Itu sebabnya setiap kali ikut misa, aku selalu menangis setiap mengatakan,"Saya tidak pantas, Tuhan datang pada saya.  Tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh!"  Karena setiap kali mengatakannya aku merasa seperti orang-orang Farisi yang munafik, yang selalu terlihat baik di hadapan Tuhan, tetapi berkelakuan buruk di kehidupan.

Bertahun kemudian, barulah kesempatan untuk berdamai datang.  Memaafkan.  Mengampuni.  Bukan mudah karena harus diusahakan dan diperjuangkan.  Butuh kerendahan hati dan kebesaran jiwa.  Butuh mematikan ego dan harga diri.  Butuh kesadaran bahwa aku juga menjadi bagian dari manusia tidak sempurna yang bisa melakukan kesalahan.  Dan pada akhirnya, aku 'dibebaskan'.  Setelah menempuh jalan terjal berliku menuju jalan pengampunan, hidup terasa menjadi lebih ringan.  

Jadi, apakah sabda Yesus di atas masih relevan?  Iya! Menurutku masih.  Tetapi sekali lagi, butuh diusahakan dan diperjuangkan.  Selagi keinginan untuk berdamai hanya sekedar menjadi sebuah angan-angan, maka hasilnya akan nol.  Akan mengecewakan.  Dan pada akhirnya hidup keagamaan kita hanya akan menjadi seperti orang-orang Farisi.  Baik di luar, tetapi di dalam seperti kuburan.  Munafik!  Jika dibiarkan, maka kebencian, amarah, dendam, itu hanya akan menjadi bibit penyakit yang akan meremukkan kita dari dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS