Sssttt...!

4 Feb 2024

Kemarin aku memutuskan ikut misa sore jam 17.30WIB bersama anak lanang, di gereja St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji dekat titik nol Yogyakarta.  Mumpung cuaca lagi baik-baik saja dan semangat untuk ikut misa juga sedang bergelora😁  Biasanya cuaca atau hati yang sedang tidak baik-baik saja suka dijadikan alasan untuk 'membolos' dan memilih untuk mager di rumah daripada pergi ke gereja.  Jadi senjata pamungkas yang dari dulu tidak pernah berubah: percuma ke gereja kalau hati sedang tidak baik-baik saja!

Seperti biasa aku duduk dekat bangku koor supaya bisa ikut menyanyikan lagu-lagunya, meskipun hanya sepenggal-sepenggal.  Beberapa baris di depan sudah penuh dengan kumpulan ibu-ibu bersanggul dan berkebaya, yang ternyata adalah rombongan tamu dari paroki lain.  Jadi kami tahu diri dan segera mengambil tempat duduk jauh di barisan belakang ibu-ibu tadi karena takutnya ada sebagian rombongan yang tidak kebagian tempat. 

Baru beberapa menit misa di mulai, tepat di belakangku mulai terdengar suara bisik-bisik.  Pertama perlahan, lama-lama sungguh berisik.  Pura-pura menoleh aku sempatkan mencuri pandang.  Seorang ibu dan anak perempuannya yang baru beranjak remaja.  Sepertinya seumuran anakkulah.  Atau bisa juga di atasnya.  Tapi sepertinya sudah bukan anak-anak lagi.  Bukan hanya sekedar berbisik, tetapi sudah mulai tertawa-tawa cekikikan di dalam gereja.  Terdengar jelas di dalam gereja yang memang biasanya terasa hening saat misa.

Beberapa kali aku menoleh ke belakang untuk memastikan mereka punya 'perasaan' nggak kalau sampai ada yang menoleh terang-terangan.  Ternyata tidak juga.  Mereka tetap melanjutkan berbisik-bisik dan berbincang seolah sedang berada di sebuah warung kopi.  Bukan sedang berada di sebuah gereja. Ibu dan anak itu tetap berbincang-bincang dalam bisikan, dari awal sampai akhir misa seolah-olah tidak bakalan ketemu lagi.  Berhenti sebentar hanya pada saat maju menerima komuni.  Sesudah itu lanjut berbisik-bisik lagi.

Sebenarnya mulutku sudah mulai gatel ingin menegur.  Tapi kutahan.  Jangan sampai aku yang sudah berjuang mati-matian untuk bisa ikut misa malah harus menyimpan amarah dan tidak mendapatkan apa-apa.  Sudah begitu umat samping kanan kirinya juga diam saja.  Meskipun dua-duanya tampak gelisah tapi mereka memilih untuk tidak peduli.  Sama sepertiku mungkin mereka ingin menegur, tapi malas ribut.  Takut emosi barangkali.  Jadi memilih untuk membutakan mata dan menulikan telinga.

Alhasil ya begitulah.  Dari awal sampai selesai misa, aku harus menyabar-nyabarkan diri.  "Sabar....sabar...!" sambil mengelus dada.  Tapi kesabaran seperti itu terus terang membuatku menderita sepanjang misa.   Aslinya kesabaranku hanya setipis tisu.  Hanya bisa menghela nafas berkali-kali.  Berharap misa cepat-cepat selesai.  Beruntung misa di Yogya tidak pernah memakan waktu.  Paling lama hanya butuh satu jam saja.  Coba kalau misanya seperti di Batam, yang kalau nggak dua jam misanya seperti kurang afdol rasanya.  

Begitu keluar dari gereja anakku nyeletuk," Bising kali di belakang kita tadi.  Mamak dan anak sama-sama stres!" Sambil jalan menuju tempat parkir.  Aku terpana sejenak. Lanjut terkekeh.  Ternyata yang nggak bisa konsen bukan cuman aku.  Jadi kemarin itu, sepanjang misa aku dan dia sama-sama tersiksa...hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS