Prapaska (Hari ke-25)

9 Mar 2024

 _____________________________________________________________________________________

Luk 18:9Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:

Luk 18:10"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.

Luk 18:11Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;

Luk 18:12aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Luk 18:13Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Luk 18:14Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

 ______________________________________________________________________________________

Aku sering bertemu dengan orang, yang dengan terang-terangan menghinakan orang lain karena merasa dirinya lebih baik.  Dan seringkali orang-orang seperti ini kebanyakan berada dalam lingkaran, di mana mereka seharusnya bisa menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang yang mereka hinakan.  Lagaknya sih tidak menghina, tidak merendahkan, tetapi gaya congkak yang terlihat sudah cukup untuk mewakili apa yang sesungguhnya ada dalam diri dan hati mereka.  

Sabda Yesus di atas mengingatkan aku pada sekumpulan orang dalam gereja, yang mendadak merasa jadi orang-orang pilihan Allah, ketika menjadi bagian dari tugas perutusan.  Meskipun di dalamnya ada juga orang-orang yang bisa dibilang belum kompeten untuk menjadi bagian dari kumpulan itu, tetapi karena ditunjuk dan seolah 'dipaksa' untuk terlibat, maka mau tidak mau mereka bisa berada di sana.  Kumpulan ini tentu saja direstui oleh gereja.  Direstui dan difasilitasi karena pada dasarnya mereka diharapkan menjadi kepanjangan tangan dari gereja untuk bisa berinteraksi dengan mereka yang tidak bisa dijangkau secara keseluruhan akibat kurangnya sumber daya manusia yang ada.

Pada awalnya sih biasa saja.  Tetapi entah kenapa, tiba-tiba saja kumpulan ini malah terlihat seperti kumpulan eksklusif yang merasa dirinya sangat istimewa.  Kumpulan yang menganggap orang lain yang tidak terlibat secara langsung sebagai anggota adalah orang yang tidak layak untuk mengemban tugas perutusan.  Hanya orang yang menjadi anggota saja yang boleh memimpin ini itu.  Hanya mereka yang harusnya begini begitu.  Orang lain yang bukan anggota tidak boleh.  Kalau untuk urusan tugas-tugas tertentu aku masih maklum.  Tetapi menjadi tidak masuk akal ketika hanya sekedar memimpin doa di lingkungan saja harus menunggu mereka juga.  Kalau mereka berhalangan baru yang lain bisa memimpin. Itupun harus atas seizin  mereka, karena mereka menganggap bahwa diri mereka adalah orang-orang istimewa.  Ribet banget sepertinya hidup ini!

Menurutku, seharusnya tugas perutusan itu bisa diemban oleh siapa saja.  Bukan suatu dosa jika orang yang tahu mau berbagi dengan orang yang tidak tahu.  Bukan suatu hal yang salah jika orang yang punya akses bagus di gereja memberikan kesempatan kepada mereka yang bisa jadi ingin belajar tapi tidak punya waktu.  Setiap anggota gereja di dalam wadah terkecil sekalipun memiliki hak yang sama untuk terlibat secara penuh dalam tugas perutusan.  Jangan pernah merasa lebih tinggi jikalau kaki masih menapak di bumi.  Jangan merasa spesial karena kita bukan Indomie 😁.  Bahagiakan diri sendiri sajalah dengan banyak-banyak berbagi ilmu.  Jangan pelit-pelit karena ilmu tidak akan dibawa mati.

Satu lagi, jangan sering bilang begini: "Saya ini bukan sombong ya. Bukan karena kuat dan hebat maka saya bisa menjadi bagian dari tugas perutusan seperti sekarang ini.  Tapi ini semua karena adanya campur tangan Allah sendiri!"  Jujur saja, mendengarnya saja sudah membuatku mau muntah.  Ini menurutku hanya akan menjadi kata-kata sampah ketika antara perkataan dan perbuatan menjadi tidak sinkron dan sejalan.  Mengaku tidak sedang menyombongkan diri, tetapi dari awal sampai akhir selalu membicarakan dirinya sendiri.  Mengaku tidak sedang merendahkan orang lain tetapi semua yang keluar dari mulutnya hanyalah kata-kata bertema penghinaan.  
 
Mungkin lebih baik bertindak seperti pemungut cukai dalam bacaan di atas.  Sadar bahwa dirinya tidak layak dan pantas di hadapan Tuhan, sehingga ia ingin melakukan apa saja supaya dosa-dosanya bisa diampuni.  Tidak pernah bosan memohon belas kasih Tuhan supaya hidupnya dimudahkan.  Fokus kepada pertobatan diri sendiri sehingga tidak merasa pantas untuk mengomentari dan menghakimi orang lain.  Dengan fokus kepada perbaikan diri sendiri, maka akan selalu ada harapan bahwa segala sesuatunya akan lebih dimudahkan 💓

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS